Thursday 3 May 2012

kisah siti fatimah az-zahra


  Fatimah Azzahra Binti Muhammad SAW, Dia adalah puteri yang mulia dari dua pihak, yaitu puteri pemimpin para makhluq, yaitu Rasulullah SAW, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab, hasab dan nasab.
Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi‘ dan Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kultsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau bersabda :”Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku.” [Ibnul Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]
Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil’aalamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata : “Keturunan Zainab telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya berkata :  “Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah     mereka  dengan sebersih-bersihnya.”  ["Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata : “Datang Fatimah kepada Nabi SAW  meminta pelayan      kepadanya.   Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : “Ucapkanlah : “Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi  dan  Arsy yang  agung.  Wahai,  Tuhan  kami  dan  Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan  benih.  Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan  segala sesuatu yang Engkau  kuasai nyawanya. Engkaulah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawahMu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan.” (HR. Tirmidzi)
Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung  berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka  yang  keluar  terdapat  Fatimah.  Ketika  bertemu  Nabi SAW, Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanya dengan air, sehingga darah semakin banyak yang keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar.” (HR. Syaikha dan Tirmidzi).
Dalam kancah pertarungan yang dialami, tampaklah peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi Muslim masa kini.
Pemimpin  wanita  penghuni  Syurga  Fatimah  Az-Zahra’,  puteri Nabi SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman- tikaman tombak dan pukulan-pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran lain dari puteri sebaik-baik makhluk yang  kami persembahkan kepada para pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak dapat dipenuhi.
Ali r.a. berkata :”Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu  malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari.
Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu. ” Ketika Rasulullah SAW menikahkannya (Fatimah), beliau mengirimkannya (unta itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi.
Fatimah  menggunakan  alat  penggiling  gandum  itu hingga melecetkan  tangannya  dan memikul  qirbah  (tempat  air  dari kulit) berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia, Az-Zahra’, ibu kedua cucu Rasulullah SAW : Al-Hasan dan Al-Husein.
Fatimah selalu  berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam  hatinya  yang  penyayang.  Dunia  selalu  mengingat Fatimah,  “ibu   ayahnya,  Muhammad”, Al-Batuul  (yang mencurahkan perhatiannya  pada ibadah),  Az-Zahra’  (yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah, dia selalu berdzikir.

Imam Muslim menceritakan  kepada  kita  tentang  keutamaan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah’ r.a. dia berkata :
“Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan  jalan  Rasulullah  SAW.  Ketika  Nabi  SAW  melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata   : “Selamat   datang, puteriku. ” Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau  kirinya.  Lalu  dia berbisik  kepadanya.  Maka Fatimah menangis dengan  suara  keras.  Ketika  melihat  kesedihannya, Nabi  SAW  berbisik  kepadanya  untuk  kedua  kalinya,  maka Fatimah tersenyum.  Setelah itu aku berkata kepada Fatimah : Rasulullah  SAW telah  berbisik  kepadamu  secara  khusus  di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!” Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya :”Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?” Fatimah menjawab :”Aku tidak akan  menyiarkan  rahasia RasulAllah  SAW.”
Aisyah  berkata : “Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya : “Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa  yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?” Fatimah  pun  menjawab  : “Adapun  sekarang,  maka  baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur’an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memeriksa bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahuluimu.” Fatimah berkata :”Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata : “Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu’min atau ummat ini ?” Fatimah berkata : “Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat.”
Inilah dia, Fatimah Az-Zahra’. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingga berdebu bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia berkata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim : “Bantulah pekerjaan puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan mencukupimu bekerja di dalam rumah : yaitu membuat adonan tepung, membuat roti dan menggiling gandum.”
Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah datang  kepada Nabi  SAW,  Ali berkata  kepada Fatimah, “Alangkah baiknya bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya.” Kemudian Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka  beliau  bertanya  kepadanya  : “Apa  sebabnya engkau  datang,  wahai  anakku  ?”  Fatimah  menjawab  :”Aku datang untuk memberi salam kepadamu. ” Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya : “Apakah keperluanmu ?” Fatimah diam.
Ali r.a. lalu berkata : “Aku akan menceritakannya kepada Anda, wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga  melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku menyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa membantunya guna meringankan bebannya.”
Kemudian Nabi SAW bersabda : “Demi Allah, aku tidak akan memberikan pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka.”
Maka  kedua  orang  itu  pulang.  Kemudian  Nabi  SAW  datang kepada  mereka  ketika  keduanya telah  memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala, tampak kaki-kaki mereka, dan  apabila menutupi  kaki, tampak  kepala-kepala mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda : “Tetaplah di tempat tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada apa yang kalian minta dariku ?” Keduanya menjawab  : “Iya.”    Nabi   SAW       bersabda:    “Kata-kata     yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucapkan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali.”
Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan : “Anakku ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali.”
Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata : “Aduh, susahnya Ayah !”
Nabi SAW menjawab : “Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini.” Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata : “Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Wahai, Ayah, di surga Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya.”
Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari dan  Muslim dalam  riwayat Aisyah.  Hadits  tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud.  Ibnul Jauzi berkata : “Kami tidak mengetahui seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fatimah.”
Fatimah pernah mengeluh kepada Asma’ binti Umais tentang tubuh yang kurus. Dia berkata : “Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?” Asma’ menjawab : “Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki       usungan.” Maka Fatimah menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda itu, maka dia berkata : “Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi aurat kalian.” [Imam Adz- Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far]
Ibnu Abdil Barr berkata : “Fatimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam. “Dia dimandikan oleh Ali dan Asma’, sedang Asma’ tidak mengizinkan seorang pun masuk.
Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata : Setiap dua teman bertemu tentu akan berpisah dan semua yang di luar kematian adalah sedikit kehilangan satu demi satu adalah bukti bahwa teman itu tidak kekal.
Semoga Allah   SWT meridhoinya.  Dia telah memenuhi pendengaran, mata  dan  hati. Dia adalah  ’ibu  dari  ayahnya’, orang  yang  paling  erat  hubungannya  dengan  Nabi  SAW  dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW terluka dalam Perang Uhud,   dia keluar bersama        wanita-wanita dari Madinah menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka- lukanya, Fatimah langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air dan membasuh mukanya.
Betapa indah situasi di mana hati Nabi Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan- akan kulihat Az-Zahra’ a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra’, puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu’minin r.a. dan mengangkut   air dalam sebuah qirbah  dan bekal  di  atas punggungnya  untuk  memberi  makan kaum Mu’minin  yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.
Semoga kita semua, dan tentunya kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia tersebut terlebih Fatimah Binti Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Amin yaa Robbal’aalamiin.